Aspek
kebahasaan
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman
yang secara kebahasaan berarti 'Menyelamatkan' misal teks 'Assalamu Alaikum'
yang berarti Semoga Keselamatan menyertai kalian semuanya. Islam/Islaman
adalah Masdar/Kata benda sebagai
bahasa penunjuk dari Fi'il/Kata kerja yaitu
'Aslama' =Telah Selamat (Past Tense) dan 'Yuslimu' =Menyelamatkan (Past Continous
Tense)
Kata triliteral semitik 'S-L-M'
menurunkan beberapa istilah terpenting dalam pemahaman mengenai keislaman,
yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata Salam
yang berarti kedamaian.[7]
Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa Arab Aslama, yang bermakna
"untuk menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam pengertian yang
lebih jauh kepada Tuhan. [8]
Aspek
kemanusiaan
Dengan demikian, Islam berarti
penerimaan dari dan penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus
menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan
beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam
beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..."[9]
Ayat lain menghubungkan Islām
dan dīn
(lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini
telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."[10]
Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan
kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.[11]
Kepercayaan
Kepercayaan dasar Islam dapat
ditemukan pada dua kalimah shahādatāin
("dua kalimat persaksian"), yaitu "asyhadu an-laa ilaaha
illallaah, wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah" - yang berarti
"Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa
Muhammad saw adalah utusan Allah". Esensinya adalah prinsip keesaan Tuhan dan pengakuan terhadap kenabian Muhammad. Adapun bila seseorang meyakini
dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, ia dapat dianggap telah
menjadi seorang muslim dalam status sebagai mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan
lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah
mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir setelah diutusnya Nabi
Isa 6 abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai
sumber hukum dan peraturan hidup yang fundamental.[12]
Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai
penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa,
Isa,
dan nabi
oleh Tuhan yang sama. Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen belakangan
setelah kepergian para nabinya telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan
kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks dalam kitab suci, memperkenalkan
intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.[13]
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an yang disampaikan oleh Allah
kepada Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril adalah sempurna dan tidak
ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2).
Di dalam al-Qur'an Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk
beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan
sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para
nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu sebelum Muhammad.[14]
Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu
telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat
Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar
asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Umat Islam meyakini bahwa agama yang
dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah satu
agama yang sama dengan (tauhid|satu Tuhan yang
sama), dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif
(murni) yang menjadikannya seorang muslim.[15][16]
Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun
agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan
Kristen sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau orang-orang yang diberi
kitab.
Lima Rukun
Islam
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Rukun Islam
Islam memberikan banyak amalan
keagamaan. Para penganut umumnya digalakkan untuk memegang Lima Rukun Islam, yaitu lima pilar yang
menyatukan Muslim sebagai sebuah komunitas.[17]
Tambahan dari Lima Rukun, hukum Islam (syariah)
telah membangun tradisi perintah yang telah menyentuh pada hampir semua aspek
kehidupan dan kemasyarakatan. Tradisi ini meliputi segalanya dari hal praktikal
seperti kehalalan, perbankan, jihad
dan zakat.[18]
Isi dari kelima Rukun Islam itu
adalah:
- Mengucapkan dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Allah saja dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah.
- Mendirikan salat wajib lima kali sehari.
- Berpuasa pada bulan Ramadan.
- Membayar zakat.
- Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.
Enam Rukun
Iman
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Iman
Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara
yaitu:
- Iman kepada Allah
- Iman kepada malaikat Allah
- Iman kepada Kitab Allāh (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf)
- Iman kepada nabi dan rasul Allah
- Iman kepada hari kiamat
- Iman kepada qada dan qadar
Ajaran Islam
Hampir semua Muslim tergolong dalam
salah satu dari empat mazhab yaitu Mazhab Syafi'i, Mazhab Hanafi, Mazhab Hambali dan Mazhab Maliki. Islam adalah agama dominan
sepanjang wilayah Timur Tengah atu
negara-negara Arab, juga di sebagian besar Afrika Utara, Afrika Barat dan Asia Selatan serta Asia Tenggara. Komunitas besar juga ditemui
di RRC yaitu Muslim Hui dan Muslim Xinjiang Uighur, Semenanjung Balkan
di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar
komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia,
seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat. Sekitar
20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[19]
30% di subbenua India
dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar
populasi.[20]
Allah
Konsep Islam teologikal fundamental
ialah tauhid, yaitu kepercayaan tentang
keesaan Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Ilāh;
kebanyakan ilmuwan[rujukan?]
percaya kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al-
(si) dan ʾilāh' (dewa, bentuk maskulin), bermaksud
"Tuhan" (al-ilāh'), tetapi yang lain menjejakkan
asal usulnya dari bahasa Aram Alāhā.[21]
Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani) dan
Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan Septuaginta. Yang pertama dari Lima Rukun
Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi:
“
|
Tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah
|
”
|
Konsep tauhid ini dituangkan dengan
jelas dan sederhana di dalam al-Qur'an pada Surah Al-Ikhlas yang terjemahannya adalah:
- Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
- Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
- Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
- dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Nama "Allah" tidak
memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis kelamin tertentu.
Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an dikatakan:
"(Dia)
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat".
(Asy-Syu'ara'
[42]:11)
Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan
satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-Nya kepada manusia melalui
al-Quran :
"Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku". (Ta Ha [20]:14)
Pemakaian kata Allah secara
linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan yang mereka
sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan Nasrani, dalam hal ini adalah
Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak ajaran Kristen menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politeisme.
"Wahai
Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas
dalam agama dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan
tiupan ) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.
Dan janganlah kamu mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah
dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha
Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi
adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara".
Dalam Islam, visualisasi atau
penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini dilarang karena dapat berujung
pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan tidak serupa dengan
apapun (Asy-Syu'ara'
[42]:11).
Sebagai gantinya, Islam menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang menggambarkan sifat
ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an